Rabu, 22 Jun 2011

Contoh Hasil Observasi

A. Kegiatan Observasi
Mengamati siswa kelas XI di SMAN 1 Martapura pada Mata Pelajaran B. Indonesia yang diajarkan oleh Ibu Yunis Bonizar S. Pd. Setelah saya melakukan observasi di sekolah SMAN 1 Martapura saya dapat menyimpulkan bahwa guru yang mengajar di sekolah SMAN 1 Martapura menggunakan dan menrapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dimana ketika seorang guru akan memulai suatu pengajaran, terlebih dahulu dia menyusun silabus kemudian dikembangkan menjadi RPP yang bertujuan untuk mengatur bagaimana proses pembalajaran dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan hasil akhir yang akan dicapai dan diinginkan.
Dengan menggunakan kurikulum KTSP seorang guru mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai kurikulum serta hasil belajar peserta didik dalam menvapai standar kompetensi, kompetensi dasar sebagai cermin penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria pencapaian kompetensi yang akan dijadikan standar penilaian hasil belajar, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi, sebagai prasyarat melanjutkan penguasaan kompetensi berikutnya. Kriteria tersebut biasanya dikembangkan berdasarkan tujuan dan indikator kompetensi dasar yang harus dikuasai.
B. Permasalahan Yang Ada Di Dalam Pembelajaran
Pada hakikatnya pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berahlak mulia, berilmu, cakap, kreatid dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah tujuan pendidikan nasional yang sebenarnya.
Karena kurikulum KTSP mampu mengemban bagaimana hakikat tujuan pendidikan nasional sebenarnya. Pasti semua sekolah di seluruh indonesia menerapkan kurikulum KTSP di sekolahnya . Begitupun dengan sekolah SMAN 1 Martapura yang telah saya observasi, sekolah ini menerapkan kurikulum KTSP di setiap kegiatan belajar mengajaranya.
Walaupun semua sekolah menerapkan kurikulum KTSP, tetapi di dalam pelaksanaannya pada saat kegiatan belajar mengajar masih ada saja seorang guru yang kesulitan dalam menerapkan kurikulum KTSP dalam kegiatan belajar mengajarnya. Contoh kasus yang saya observasi di sekolah ini, seorang guru sudah benar-benar merencanakan kurikulum KTSP dalam kegiatan belajar mengajarnya, akan tetapi ketika pada saat pelaksanaannya kegiatan kurikulum KTSP tidak berjalan efektif sesuai dengan keinginannya. Seperti ketika pembagian waktu dalam mengajar, menilai bahkan memberikan tugas. Guru tersebut kadang merasa kesulitan karena waktu yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan hasil belajar yang ingin dicapai.

Sabtu, 11 Jun 2011

perbedaan vertebrata dan avertebrata

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman dalam dunia hewan lebih banyak macamnya dibandingkan dengan dunia tumbuhan. Jenis yang telah diidentifikasikan jauh lebih banyak daripada jenis tumbuhan. Seluruh hewan dimasukkan ke dalam satu kelompok. Di dalam kelompok yang sama itu, bila ditemukan perbedaan cirri maka dibuatlah kelompok yang lebih kecil. Demikianlah seterusnya sehingga akhirnya diperoleh kelompok yang anggotanya paling sedikit, tetapi lebih banyak memiliki cirri yang sama. Dan dikelompokkan menjadi hewan yang bertulang dan tidak bertulang belakang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah seperti :
1. Apa defenisi hewan bertulang belakang?
2. Apa defenisi hewan tidak bertulang belakang?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang defenisi hewan bertulang belakang.
2. Menjelaskan tentang defenisi hewan tidak bertulang belakang.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Hewan Tidak Bertulang Belakang
Hewan tidak bertulang belakang atau avertebrata sering disebut kelompok hewan tingkat tinggi.
a. Sistem peredaran darah (transport) pada katak
Jantung katak terdiri dari 3 ruangan, yaitu serambi kanan, serambi kiri dan satu bilik. Dari bilik keluar nadi besar (aorta). Aorta itu bercabang menjadi dua, yaitu lengkung aorta kanan dan kiri. Aorta kanan bercabang tiga yaitu:
1) Cabang yang menuju ke kepala
2) Cabang yang menuju ke paru-paru dan kulit
3) Cabang yang akan membentuk arteri utama dan bercabang-cabang lagi menuju ke organ tubuh.
Pelepasan karbon dioksida dan pengikatan oksigen dapat terjadi di paru-paru dan kulit. Peredaran darah katak adalah peredaran darah ganda (rangkap).
b. Sistem transpor pada cacing tanah
Pada cacing tanah berlaku system peredaran darah tertutup sebab aliran darahnya selalu di dalam pembuluh. Alat transport cacing tanah terdiri dari pembuluh punggung, pembuluh perut, pembuluh samping dan 5 pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung.
Darah cacing tanah berwarna merah karena mempunyai hemoglobin di dalam plasmanya. Sedangkan sel-sel darahnya tidak mengandung hemoglobin. Tubuh cacing tanah disusun oleh 100-200 ruas. Jantungnya terletak pada ruas 7-11. Arah aliran darah mulai dari ruas ke 7 menuju ke depan dan dari ruas ke 11 menuju ke belakang.
Oksigen diisap oleh dinding kulit yang tipis dan selalu basah, dibawa ke pembuluh punggung, kemudian bersama makanan diedarkan ke seluruh tubuh.
2. Hewan Tidak Bertulang Belakang
Hewan tidak bertulang belakang atau avertebrata sering disebut hewan tingkat rendah. Hewan tidak bertulang belakang mencakup banyak filum, yaitu:
a. Filum protozoa
b. Filum porifera
c. Filum coelenterate
d. Filum platyhelminthes
e. Filum nemathelminthes
f. Filum annelid
g. Filum arthropoda
h. Filum mollusca
i. Filum echinodermata

a. Filum protozoa (hewan bersel satu)
Kata protozoa berasal dari bahasa latin protos yang berarti awal dan zoon yang berarti binatang. Jadi protozoa adalah filum hewan yang paling awal atau rendah. Karena struktur tubuhnya paling sederhana yaitu tersusun atas satu sel.
1) Rhizopoda (hewan berpori)
Ciri khas hewan ini bergerak dengan kaki semua atau pseudopodia. Kaki semu tersebut berasal dari penonjolan-penonjolan plasma. Contoh hewan yang bergerak dengan kaki semu, antara lain:
a) Amoeba
Kata amoeba berarti tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap. Amoeba ada yang hidup bebas dan ada pula yang hidupnya di dalam tubuh manusia, yang disebut entamoeba contohnya adalah entamoeba dysenteriae yang dapat menyebabkan penyakit disentri. Amoeba yang hidup di luar tubuh manusia disebut ektoamoeba contohnya adalah amoeba proteus.
b) Entamoeba dysentriae
Hewan ini hidup di dalam usus besar manusia dan dapat menyebabkan penyakit disentri amoeba.
c) Entamoeba coli
Hewan ini hidup di dalam usus tebal atau kolon manusia. Dia menguntungkan manusia karena membantu membusukkan sisa makanan dan membantu pembentukan vitamin K.
d) Foraminifera
Tubuh hewan ini dilindungi oleh cangkok dari zat kapur.
2) Flagellata
Hewan ini mempunyai alat gerak berupa bulu cambuk atau flagellum
3) Cilliata
Hewan ini mempunyai alat gerak berupa bulu getar atai cicilia.
4) Sprozoa
Sprozoa berarti hewan berspora. Disebut demikian karena suatu tahap dari daur hidup hewan ini membentuk spora atau benih. Berbeda dengan kelas lain dari protozoa, sprozoa merupakan satu-satunya kelas yang tidak mempunyai alat gerak dan hidup parasit.
b. Filum Porifera (berpori)
Porifera merupakan hewan bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana. Umumnya hanya hidup di air laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar.
c. Filum Coelenterata (hewan berongga)
Coelenterate hidup di laut dan di air tawar. Tubuhnya berogga dan bersifat radial simetri artinya tubuh coelenterate mempunyai banyak bidang simetri. Coelenterate memiliki 2 bentuk bentuk tubuh yaotu polip dan medusa. Polip adalah tubuh coelenterate yang menetap atau menempel pada tempat hidupnya. Medusa adalah bentuk tubuh coelenterate yang menyerupai payung dan hidup bebas melayang dalam air.
d. Filum platyhelminthes (Cacing Pipih)
Bentuk tubuh platyhelminthes pipih, tidak mempunyai rongga badan dan anus, tetapi mempunyai satu lubang yaitu mulut.
1. Cacing getar (turbellaria)
Seluruh spesies anggota cacing getar hidup di kolam, di sungai, dan tanah lembab. Contoh : planaria.
2. Cacing hisap (trematoda)
Cacing hisap hidup berparasit pada manusia dan vertebrata. Pada kepala terdapat dua alat hisap yang berfungsi untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh : cacing hati.
3. Cacing pita (Cestoda)
Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia. Cacing ini bersifat hermafrodit (berkelamin dua). Contoh : taenia saginata
e. Filum nemathelminthes (cacing gilig)
Cacing gilig tubuhnya bulat panjang, tidak bersegmen-segmen. Permukaan tubuhnya berlapiskan kutikula, dan di bawahnya terdapat serabut otot memanjang. Disini tidak ada otot melingkar. Contoh cacing perut, cacing tambang, cacing kremi, cacing gelang
f. Filum annelid (cacing gelang)
Tubuh cacing beruas-ruas, tersusun seperti cincin atau gelang. Tiap segmen disebut somit. Mempunyai mulut di bagian depan dan dubur di bagian belakang tubuhnya. Contoh : cacing berambut dan cacing penghisap darah.
g. Filum arthropoda (hewan berbuku-buku)
Arthropoda adalah hewan berbuku-buku. Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala, dada dan perut. Pada kepala telah ditemukan alat indera seperti antenna yang peka terhadap sentuhan, panas, suara dan bau-bauan. Klasifikasi arthropoda yaitu :
1. Serangga (insecta)
2. Udang-udangan (crustaceae)
3. Laba-laba (arachonoidea)
4. Lipan (myriapoda)
h. Filum Mollusca (hewan lunak)
Mollusca mempunyai tubuh lunak yang mengandung kelenjar lender dan terbungkus oleh mantel. Tubuh mollusca dilindungi oleh cangkok zat kapur. Klasifikasi hewan lunak yaitu :
1. Kerang (pelecypoda)
2. Siput (gastropoda)
3. Cumi-cumi (cephalopada)

i. Filum echinodermata (hewan berkulit duri)
Tubuh hewan ini diselimuti oleh kulit yang berduri-duri kecil. Hewan ini mempunyai alat-alat sebagai berikut:
1. Alat gerak, kaki ambulakral merupakan pipa atau tabung yang dilengkapi dengan alat penghisap.
2. System saraf, berbentuk cincin yeng bercabang menyebar ke seluruh tubuh.
3. Alat pencernaan, mulut, usus, anus.
4. Pernapasan, insang tersebar di seluruh permukaan tubuh.
5. Pembiakan, secara generative alat kelamin jantan dan berina terpisah.
6. Regenerasi, echinodermata mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kembali bagian tubuhnya yang terputus.
Klasifikasi echinodermata yaitu :
1. Bintang laut (asteroidean)
2. Landak laut (echinoidea)
3. Bintang ular (ophiuroidea)
4. Lilia laut (crinoidea)
5. Tripang (holothuroidea)
2. Hewan Bertulang Belakang
Hewan yang tergolong ke dalam vertebrata memiliki cirri khas yaitu adanya ruas-ruas tulang yang berderet dan tersusun dari leher sampai ekor sepanjang punggung, disebut rusa-ruas tulang belakang (vertebrae). Dan di dalam ruas-ruas tulang belakang terdapat saluran yang berisi sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang dan otak merupakan susunan saraf pusat. Klasifikasi vertebrata yaitu :
a. Ikan (pisces)
Kulit tubuhnya bersisik dan berlendir untuk memudahkan di dalam air. Susunan tubuh ikan adalah :
1) Pernapasan, ikan bernafas dengan insang yang terdapat di bagian kepala.
2) Sirip, berfungsi untuk menentukan arah gerak di dalam air dan untuk keseimbangan badan.
3) Gurat sisi, untuk mengetahui tekanan air.
4) Gelembung renang, melalui gelembung renang, udara dapat keluar atau masuk sehingga berat badan berkurang atau bertambah.
b. Amfibi (amphibian)
Hewan-hewan yang termasuk amphibian hidup di dua tempat, yaitu hewan muda hidup di air bernafas dengan insang dan hewan dewasa hidup di darat bernafas dengan paru-paru. Contoh : katak. Salamander cacing dan salamander.
c. Reptile (reptillia)
Reptilia berkulit keras, kering dan disokong oleh sisik. Reptile dibedakan menjadi empat bangsa sebagai berikut:
1) Buaya (crocodile), contoh : buaya dan alligator
2) Kadal (lacertilian) contoh : kadal, tokek, komodo dan biawak.
3) Ular (ophidia) contoh : ular cobra dan ular sawah.
4) Kura-kura (chelonian) contoh : penyu dan kura-kura.
d. Aves (burung)
Tubuh aves dilindungi oleh bulu. Selain untuk terbang, bulu juga berfungsi untuk menghangatkan tubuh. Burung berdarah panas, suhu badan tetap. Burung memiliki pundi-pundi hawa yang berfungsi untuk bernafas membantu paru-paru, terutama pada waktu terbang. Berkembang biak dengan bertelur.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi yang disebut dengan avertebrata yaitu hewan yang tidak bertulang belakang yang biasa disebut hewan tingkat rendah. Yang memiliki 9 filum seperti Filum protozoa, Filum porifera, Filum coelenterate, Filum platyhelminthes, Filum nemathelminthes, Filum annelid, Filum arthropoda, Filum mollusca, dan Filum echinodermata.
Sedangkan vertebrata yaitu hewan vertebrata yaitu hewan yang memiliki tulang belakang, dan memiliki empat klasifikasi seperti kelas pisces (ikan), amphibi, reptile dan aves (burung).

B. Saran
Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

 Arms. Karen. 1988. Biology A Journey into Life. Sounders College Publishing.
 Barnes, Robert D. 1987. Invertebrate Zoology. Sounders College Publishing.
 Dwijoseputro, D. 1981. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
 Storer, Tracy I. et al. 1957. General Zoology. McGraw-Hill Book Company, Inc.
 Villee, Cloude a. et al. 1984. General Zoology. Sounders Colloge Publishing.

Jumaat, 3 Jun 2011

bahasa pemrograman 5

Selasa, 31 Mei 2011

contoh makalah penelitian tindakan kelas

BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kegiatan sehari-hari.
      Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistic yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Dalam pembelajaran kelompok pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal.
      Kemp (1995:126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985:126) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
      Strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin (1995:242) mengemukakan dua alasan. Pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hubungan social, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
     Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan” Dan mengajar menurut Smith (1987:96) adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan. Sedangkan defenisi aktivitas Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Dan hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kesenian adalah suatu kegiatan yang menghasilkan sebuah karya. Karya tersebut bisa dapat dikenal, dinikmati, dimengerti dan diterima oleh seseorang yang telah mengevaluasi puisi tersebut. Dimana letak keindahan dan dimana letak kekurangan yang terdapat didalam karya seninya.
      Berdasarkan pemikiran diatas, penyelenggaraan pendidikan diarahkan pada pembangunan sumberdaya manusia (SDM) secara terpadu dan menyeluruh. Disamping memperluas akses dan pemerataaan, pembangunan pendidikan perlu dapat perhatian serius, karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena pendidikan sudah menjadi kebutuhan pokok seperti layaknya kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainnya.
      Pembangunan pendidikan diharapkan mampu menciptakan manusia yang kreatif, inovatif dan komunikatif serta mampu berkarya. Apalagi dalam belajar kesenian siswa harus mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam berkarya yang baik sesuai dengan imajinasinya.
      Tapi pada kenyataannya pelajaran kesenian di SMAN 1 Martapura sekarang ini kurang diminati sehingga aktivitas dan hasil belajar bagi siswa di  SMA 1 Martapura menurun. Hal ini bisa dilihat dari aktivitas dab hasil belajar mereka yang masih sangat rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa seperti ini bisa disebabkan rendahnya kemauan siswa dalam belajar atau strategi yang digunakan dalam penyampaian materi ini kurang tepat dengan kriteria siswa dan materi yang disampaikan sehingga motivasi siswa dalam belajar agar rendah.
      Melihat banyaknya kesenjangan diatas dari untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, seorang guru harus memilih strategi pengajaran yang tepat dan yang disesuaikan dengan tujuan, situasi, fasilitas, dan guru. Dalam menyampaikan materi guru harus bisa menyampaikannya dengan baik sehingga bisa diterima dengan baik juga  oleh siswa. Selain itu guru harus mengenali kriteria siswa yang diajarnya, sehingga peroses belajar mengajar bisa berjalan dengan efektif dan optimal sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan.
B.     Identifikasi Masalah
      Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut  :
1.      Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran masih sangat kurang.
2.      Hasil belajar siswa masih belum maksimal.
C.    Pembatasan Masalah
      Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pada pembatasan masalah dapat di batasi pada aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kesenian di SMAN 1 Martapura.
D.    Perumusan  Masalah
      Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2.      Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
 E.     Tujuan Masalah
      Tujuan penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2.      Mengetahui apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
F.     Manfaat Penelitian
      Hasil penelitian ini diharapkan berguna :
1.      Bagi peneliti sebagai seorang calon guru agar dapat menerapkan model mengajar yang efektif dalam pembelajaran  dan dapat mengembangkan profesionalisme sebagai  guru.
2.      Sebagai input bagi penelitian selanjutnya.
G.    Hipotesis Tindakan
      Berdasarkan penelitian di atas maka hipotesisnya dapat ditemukan sebagai berikut :
1.      Dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.      Dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tidak dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
H.    Definisi Operasional
1.      Kemp (1995:126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.      Dick and Carey (1985:126) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
3.      Belajar adalah proses berpikir. Wina sanjaya (2006:107)
4.      Mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan Smith (1987:96)
5.      Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. M. Mulyono (2001 : 26)
6.      Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
7.      Kesenian adalah suatu kegiatan yang menghasilkan sebuah karya.




Isnin, 30 Mei 2011

makalah iad perkembangan alam pikir manusia dan mitos

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
      Manusia dewasa ini telah banyak merasakan kenikmatan hidup, baik berupa nikmat jasmani maupun nikmat rohani. Kenikmatan jasmani dapat dilihat dari terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan sandang, pangan, maupun papan sampai dengan kebutuhan sarana pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Sedangkan kenikmatan rohani dapat dilihat dengan terpenuhinya berbagai jenis keperluan sosial keagamaan, penyegaran jiwa misalnya adanya tempat-tempat wisata, pagelaran kesenian musik, lukis, maupun drama serta banyaknya berdiri tempat-tempat ibadah keagamaan dan lain-lain.
      Pemenuhan berbagai macam kenikmatan ini merupakan hasil dari kemudahan-kemudahan yang diperoleh manusia berkat kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek. Dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit sekalipun telah dapat ditundukkan oleh manusia dan sekaligus dapat dimanfaatkan. 
      Sebagai contoh untuk keperluan sandang, manusia tidak perlu lagi memintal sendiri bahan-bahan yang akan dijadikan pakaian, baju dan celana, tetapi cukup membelinya di toko pakaian atau toko bahan sandang. Sedangkan untuk keperluan rohani misalnya bagi umat Islam dalam pelaksanaan beribadah haji, pada saat ini tidak perlu lagi berlama-lama mengarungi samudra atau mengendarai onta di tengah-tengah padang pasir, tetapi cukup dengan naik pesawat terbang dan atau mengendarai mobil berpendingin dalam waktu yang relatif singkat. 
      Kemudahan semacam ini, jika dituliskan semuanya tentu akan menambah deretan yang sangat panjang bahkan mungkin takterhitung jumlah dan jenisnya. Penguasaan iptek yang demikian hebat yang mampu melahirkan kenikmatan hidup sehingga sampai dapat dirasakan di masa awal milenium ke tiga ini, tidaklah datang dengan cara tiba-tiba, tetapi melalui tahapan demi tahapan yang sangat panjang, mulai dari iptek sederhana sampai dengan yang sangat canggih dan rumit. Tentunya tahap demi tahap yang dimaksud jelas akan menentukan proses terbentuknya iptek sampai saat ini.
B.  Rumusan Masalah
      Dari latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah seperti :
1.      Bagaimana cara perkembangan alam pikiran manusia?
2.      Apa pengertian dari mitos dan bagaimana manusia memperoleh pemikiran?
C.  Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan bagaimana cara perkembangan alam pikiran manusia.
2.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan mitos dan bagaimana manusia memperoleh pemikiran.
BAB II
PEMBAHASAN

1.    Perkembangan Alam Pikiran
     Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri :
a.       Memiliki organ tubuh yang komplek dan sangat khusus terutama otaknya.
b.      Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
c.       Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
d.      Memiliki potensi berkembang biak.
e.       Tumbuh dan bergerak.
f.       Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.      Meninggal atau mati.
      Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
      Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
      Rasa ingin tahu yang terdapat manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca inderanya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh hal-hal yang diamatinya.
      Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berfikir, rasa ingin tahunya terus berlanjut, bukan hanya apa-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi jawaban dari bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan semua peristiwa yang diamatinya.
      Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah atau diperlancar dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian, Akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat. 
2.    Mitos, Penalaran, dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan 
      Pada zaman dahulu, kemampuan manusia masih terbatas baik peralatan maupun pemikiran. Keterbatasan itu menyebakan pengamatan menjadi kurang seksama, dan cara pemikiran yang sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat. Dengan demikan, pengetahuan yang terkumpul belum memberikan kepuasan terhadap rasa ingin tahu manusia dan masih jauh dari kebenaran .
       Perkembangan selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan non fisik (pikirannya), jadi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam pikirannya.
      Berbagai pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan kepercayaan seseorang disebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan mitos ini disebut legenda .
Mitos ini timbul disebabkan karena keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1.      Alat penglihatan
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh mata.
2.      Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik.
3.      Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu manis, masam, asin , dan pahit. 
4.      Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a.       Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatsan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b.      Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c.       Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
      Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam 3 tahap :
1.    Tahap teologi atau fiktif.
2.    Tahap filsafat atau metafisik.
3.    Tahap positif atau ilmiah ril.
      Pada masa teologi atau fiktif, manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada di sekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan gaib. Dalam alam mitos ini, penalaran belum terbentuk, dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi.
      Demikian juga manusia dengan objek masih menjadi satu antara subjek dengan objek belum ada jarak, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subjektif. Dahulu mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai sekarang ini pun belum sepenuhnya hilang. Mencari jawaban atas sesuatu masalah dengan menghubungkannya dengan makhluk ghaib disebut berfikir secara Irasional. Tentu saja melalui ini, pengetahuan yang diperoleh belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
      Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan pengetahuan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidupnya saja. Mereka juga berusaha untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. 
      Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh/menemukan pengetahuan yang benar. Proses berfikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penalaran. Pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukanlah hasil perasaan. Tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
      Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berfikif merupakan berfikir logis dan analistis. Cara berfikir yang tidak logis dan analistis bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di antaranya ialah :
a.    Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.
      Merasa, merupakan suatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
b.    Intuisi.
      Merupakan kegiatan berfikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu.
c.    Wahyu.
      Adalah pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada utusanNya.
d.   Trial and error.
      Suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan. Oleh karena itu, Pola pikir berdasarkan mitos mengajak manusia untuk berkembang melalui tahap-tahap peradabannya dari menemukan sesuatu yang asing menuju ke sesuatu yang dikenal. Ini adalah suatu hal yang dapat kita katakan sebagai pola kemanusiawian biasa. Implikasinya, berpikir berdasarkan mitos adalah suatu bakat manusiawi, tidak bisa kita hindari. Demikianlah yang dialami oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia termasuk bangsa Indonesia, walaupun dapat dipergunjingkan lagi ketika perilaku semacam ini masih bertahan sampai sekarang. 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
      Mitologi mungkin akan terus eksis di dalam peradaban ini ketika manusia belum menemukan suatu jawaban atas sebuah misteri. Mitologi bisa tertanam ke dalam kepribadian yang paling prinsip sekalipun, bahkan dijadikan sebuah ideologi. Friksi antara mitologi dan logika akan muncul ketika telah tuntasnya logika suatu misteri, namun pola pikir masih berdiri pada alas paradigma mitologi.
      Pemahaman kita menjadi lebih lengkap mengenai kesalingterkaitan antara ide-ide itu. Mitos menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk mengungkap keindahan. Mitos ini timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1.      Alat penglihatan.
2.      Alat pendengaran.
3.      Alat pencium dan pengecap.
4.      Alat perasa.
       Cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di antaranya ialah : Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan, Intuisi, Wahyu, Trial and error.

      Dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam 3 tahap :
1.      Tahap teologi atau fiktif
2.      Tahap positif atau ilmiah ril
3.      Tahap filsafat atau metafisik.
B.  Saran 
      Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

ü  Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.








Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons