Isnin, 25 April 2011

filsafat pendidikan

LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN
A.  Manusia dengan Cipta, Karsa dan Rasa
1.      Cipta
      Cipta mempunyai arti bermacam- macam dan merupakan ciri unggulan manusia dibandingkan dengan makhluk- makhluk lainnya, istilah cipta mempunyai arti berfikir, rasa berarti perasaan dan karsa berarti kehendak.
a.       Berfikir
Menurut A.Ghazali M.A dalam bukunya “Ilmu Jiwa”, berfikir adalah menemukan hubungan- hubungan, definisinya pendek tetapi mempunyai arti dan makna yang tepat. Berfikir merupakan jawaban dari suatu pertanyaan apa dan mengapa tentang suatu hal.
b.      Pemecahan Masalah
1)      Menyadari adanya permasalahan, maka timbullah perhatian dan minat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
2)      Muncullah beberapa gagasan yang dituangkan dalam bentuk konsep- konsep untuk menanggulanginya
3)      Setiap konsep dianalisis dari segala aspeknya.
4)      Dalam mempertimbangkannya selalu bertitik tolak atas prinsip tidak merugikan orang lain
5)      Setelah melalui proses pemikiran yang matang, maka diambillah keputusan
6)      Akhirnya keputusan itu dilaksanakan
a)      Pengertian Pengalaman
-          Pengertian Pengalaman yang bersifat konkrit (nyata)
-          Pengertian Pengalaman yang bersifat abstrak (tidak nyata)
b)      Pengertian Ilmiah
Pengertian Ilmiah biasanya dibentuk dengan sengaja dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sehingga  pengertian ilmiah sangat diperlukan
c)      Manfaat Pengertian
Pengertian- Pengertian sangat bermanfaat bagi kita karena akam mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita
d)     Kesimpulan
1)      Kesimpulan Induksi
Kesimpulan Induksi adalah suatu keadaan yang bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus menuju kepada hal- hal yang bersifat umum sehingga dapat dijadikan suatu kaidah atau dalil.
2)      Kesimpulan Deduksi
Kesimpulan Deduksi merupakan kebalikan dari kesimpulan induksi karena hanya mengambil kaidah dari dalil
3)      Kesimpulan Analogi
Kesimpulan Analogi adalah suatu tindakan untuk menyamakan situasi baru dengan situasi- situasi yang telah diketahui.
2.      Rasa
a.       Arti Perasaan
Rasa atau perasaan adalah pernyataan tentang sesuatu yang ada kaitannya dengan keadaan jiwa seseorang dalam bentuk rasa suka maupun rasa tidak suka.
b.      Ciri- ciri Perasaan
-          Perasaan tidak pernah dapat berdiri sendiri
-          Perasaan itu selalu berkaitan dengan gejala- gejala jiwa seperti teringat sesuatu, memikirkan sesuatu, mengkhayal dan sebagainya.
c.       Perasaan selalu bersifat perseorangan
Bila ada dua orang atau lebih melihat sesuatu hal, maka perasaan yang ditimbulkan oleh masing- masing orang itu akan berbeda pula, padahal objek yang mereka lihat adalah hal yang sama.
d.      Cara menyelidiki perasaan
1)      Ekstrospeksi
Ekstrospeksi adalah cara melihat tingkah laku seseorang dengan menyelidiki perasaan orang lain, tetapi hasil ekstrospeksi tidak selamanya benar, karena pada umumnya orang telah dewasa pandai bermain sandiwara
2)      Instrospeksi
Instrospeksi merupakan kebalikan dari ekstrospeksi yaitu menyelidiki dan mengamati pengahayatan diri sendiri tentang peristiwa- peristiwa atau hal- hal yang telah terjadi dalam dirinya sendiri
e.       Pembagian Perasaan
1)      Aneka perasaan yang terdapat pada tingkatan jasmaniah (biologis)
Perasaan- perasaan ini berhungan dengan jasmaniah yaitu  perasaan mengenai hubungan beberapa instrinsik yaitu tingkah laku yang dibawa sejak lahir yang tujuannya untuk mendorong nafsu dan dorongan tertentu
2)      Aneka perasaan yang terdapat pada tingkatan rohaniah
Perasaan ini berhubungan dengan perasaan etika(kesusilaan), keagamaan,sosial, dan perasaan estetika(keindahan)
3.      Karsa
a.       Arti kehendak
Kehendak adalah suatu tenaga yang bekerja dan datang dari dalam diri seseorang yang sedang dalam keadaan sadar dan mempunyai suatu tujuan tertentu karena terdorong oleh rangsangan yang diserap pancaindera
b.      Dorongan Nafsu Pokok
Dorongan Nafsu Pokok termasuk kehendak atau keingingan dam merupakan suatu tenaga yang bekerja dan datang dari dalam diri seseorang yang sedang dalam keadaan sadar, karena suatu kelengkapan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan jasmaniah(biologis)
c.       Dorongan nafsu dan dorongan
Dorongan nafsu dan dorongan sangat erat kaitannya dengan nafsu instrinsik karena disatu pihak instrinsik merupakan tingkah laku yang dibawa sejak lahir dan dipihak lain tujuan instrinsik untuk memuaskan dorongan- dorongan nafsu dan dorongan tertentu.
d.      Motif
Motif adalah sebab atau alasan dari suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, motif kadang tampak jelas, kadang terselubung dalam sikap prilaku seseorang. Selain itu ada yang menjurus ke arah perbuatan positif maupun tercela
e.       Kemauan
Perbuatan kemauan berdasarkan atas pemilihan. Setelah malalui beberapa pertimbangan yang dihasilkan dari pemikiran yang penuh kesadaran. Untuk  menentukan pemilihannya harus didasari oleh motif tertentu, baik poditif maupun negatif, baik yang tampak jelas maupun terselubung/ tersembunyi sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai
f.       Keinginan dan hawa nafsu
1)      Keinginan
Keinginan adalah dorongan nafsu yang sasarannya pada suatu hal atau benda kongkrit(nyata)
2)      Hasrat
Istilah hasrat mempunyai arti yang sama dengan keinginan tetapi dilakukan secara berulang- ulang
3)      Hawa Nafsu
Istilah hawa nafsu mempunyai arti yang lebih kuat daripada hasrat
4.      Keterpaduan Cipta, Rasa dan Karsa
Tata kerja cipta, rasa dan karsa itu tidak terpisah- pisah melainkan merupakan suatu kesatuan terpadu, saling kait mengait sehingga hampir tidak tampak batas- batasnya.
5.      Keterpaduan Jiwa Raga
Cipta, rasa dan karsa terpadu, jasmani dan rohani terpadu. Kesemuanya yang terpadu itulah manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya yang demikian yang didambakan, karena untuk memudahkan beban masyarakat
6.      Antara Filsafat dan Ilmu Pendidikan
Antara filsafat dengan pendidina terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan cabang yang lain yang berbeda- beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema- problema pendidikan dan pengajaran seperti ilmu sosiologi pendidikan karena merupakan ilmu terapan yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari sumber- sumber sosiologi terhadap problema- problema pendidikan.
Alasan mengapa fisafat pendidikan harus dipelajari oleh setiap pendidik atau guru antara lain:
a.       Bahwa setiap manusia atau individu harus bertindak termaksud dalam pendidikan, secara sadar dan terarah tujuan yang pasti serta keputusan batinnya sendiri
b.      Setiap individu harus bertanggungjawab dalam pendidikan
c.       Tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia mempunyai filsafat hidup yang menjadi penunjuk jalan sumber dasar dan tujuan tindakan dari tangung jawab dalam kegiatan pendidikannya
d.      Bahwa keagamaan mengharuskan pendidik menentukan pilihannya secara bebas dan bertanggung jawab, terbuka, kritis dengan meninjaunya dari segala segi baik positif maupun negatifnya
e.       Pendidik menentukan pilihannya dan menyakininya serta mengamalkan aliran filsafat pendidikannya secara penuh rasa tanggung jawab
7.      Seluk Beluk Filsafat Pendidikan
Pada mulanya filsafat pendidikan adalah cara pendekatan terhadap masalah pendidikan yang biasanya dilakukan di negara- negara Anglo Saxon. Di Amerika serikat, filsafat pendidikan dimulai dengan pengkajian terhadap beberapa aliran filsafat tertentu seperti pragametisme, idealisme, realisme, eksistensialisme.
Di Ingris filsafat pendidikan dipusatkan pada prinsip- prinsip yang mendasar dalam pendidikan, misalnya tentang tujuan pendidikan, tujuan kurikulum, metode mengajar, organisasi pendidikan.
Sedangkan di Belanda tidak dikenal filsafat pendidikan tetapi yang ada hanya paedagogiek, teoritische paedagiek dan opvoedkunde.

DAFTAR PUSTAKA

ü  Ali Saifullah H.A.,Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,1983
ü  Abu Hanifah,Dr.,Rintisan Filsafat I,Cet.II,Balai Pustaka,Jakarta,1950
ü  Djumberansyah Indar,Drs.H.M.,M.Ed.,Filsafat Pendidikan,karya Abditama, Surabaya,1994

teori belajar

BELAJAR DAN TEORI-TEORI BELAJAR
A.  PENGERTIAN
1.      Belajar
      Belajar, perkembangan, pendidikan merupakan suatu peristiwa dan tindakan yang kompleks dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan adanya belajar maka terjadilah perkembangan jasmani dan mental siswa. Belajar menurut pandangan teori Behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.(Budiningsih,2005:20) Belajar menurut pandangan teori Kognitif menyatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. (Budiningsih,2005:34)
Meninjau hal diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada diri individu dalam mendapatkan informasi dan perubahan relatif lama sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri individu tersebut sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulis dan respon.
2.      Teori  
      Dalam penggunaan secara umum, teori-teori berarti sejumlah proposi-proposi yang terintegrasi secara sintaktik (artinya, kumpulan proposi ini mengikuti aturan-aturan tertentuyang dapat menghubungkan secara logis proposi yang satu dengan proposi yang lain, dan juga pada data yang diamati), dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati. Snalbecker (1974)    (Wilis Dahar,1988:5)
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
      Snalbecker (1974) berpendapat, bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan pendidikan, untuk dapat maju dan berkembang, dan memcahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam bidang itu. Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. (Wilis Dahar,1988:1)
B.  URAIAN MATERI
1.      Bentuk-Bentuk Belajar
Gage (1984) dalam Wilis Dahar (1988:15) mengemukakan, bahwa ada lima bentuk belajar, yaitu: Belajar Responden, Belajar Kontinguitas, Belajar Operant, Belajar Observasional, Belajar Konitif.
a.       Belajar Responden
Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam belajar seperti ini, suatru respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Beberapa contoh belajar responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi Rusia yang terkenal Ivan P. Pavlov.
b.      Belajar Kontinguitas
Asosiasi (contiguous) sederhana antara stimulus dan suatu respon dapat menghasilkan suatu perubahan dalam prilaku. Kekuatan belajar kontinguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan yang belum lengkap.
c.       Belajar Operant
Belajar sebagai akibat reinforcementmerupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan dalam teknologi modifikasi prilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant, sebab prilaku yang di inginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara instinktif oleh stimulus apapun, waktu organisma “beroperasi” terhadap lingkungan. 
d.      Belajar Observasional
Konsep belajar observasional memperlihatkan, bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajai.
e.       Belajar Konitif
Dalam belajar kognitif mengatakan bahwa proses-proses kognitif yang terjadi selama belajar, proses-proses ini menyangkut “insight”, atau berfikir dan “reasoning”, atau menggunakan logika deduktif dan induktif. 
2.      Prinsip-prinsip Belajar dalam Teori Belajar 
Dari berbagai prinsip belajar terdapat beberapa prinsip yang relatif  berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan  dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu.
a.       Perhatian dan Motivasi
Menurut Suryabrata (2008:18) mengatakan bahwa, perhatian spontan atau perhatian ta disengaja cenderung untuk berlangsung lebih lama dan lebih intensif dari pada perhatian yang disengaja. Alangkah baiknya kalau pelajaran dapat diterima murid dengan perhatian yang spontan.
Dari kajian Teori Belajar Pengolahan Informasi terungkap bahwa tanpa ada perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:42) Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Selain perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi memiliki kaitan yang erat dengan minat. Insentif, suati hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori B.F. Skinner dengan Operant Conditioning-nya.
b.      Keaktifan
Menurut Teori Kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage dan Berliner,1984 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:44) menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktuf, dan mampu merencanakan sesuatu.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercice”-nya yang menyatakan bahwa belajar membutuhkan latihan-latihan.
c.       Keterlibatan langsung/Berpengalaman
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa dalam belajar tidak hanya melibatkan fisik semata, tetapi keterlibatan metal emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap serta nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
d.      Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh Teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, menghayal, mengingatkan, berfikir dan sebagainya.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah Teori Psikologi Asosiasi atau Konektionisme dengan tokohnya Thorndike, dengan salah satu hukum belajarnya “law of exercice”, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.
Sehingga dalam belajar masih tetap diperlukan latihan/pengulangan. (Gage dan Berliner, 1984 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:47).
e.       Tantangan
Dalam Teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu ada hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
f.       Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakter psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
3.      Teori – Teori Belajar
Teori ialah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan sesuatu ilmu pengetahuan. Dasar teori ini yang akan di kembangkan pada ilmu pengetahuan agar dapat di ciptakan pengetahuan baru yang lebih lengkap dan detail sehingga dapat memperkuat pengetahuan tersebut. Teori juga merupakan satu rumusan dari pada pengetahuan sedia ada yang memberi panduan untuk menjalankan penyelidikan dan mendapatkan maklumat baru. Sehingga ada ahli yang mengemukakan asumsinya terhadap kebutuhan adanya sebuah rumusan teori. Menurut Snelbecker menjelaskan sejumlah asumsi dijadikan dasar untuk menentukan gejala yang diamati dan atau teori yang dirumuskan.
a.       Teori Belajar Spekulatif  dan Filosofis sebelum abad 20 :
1)      Teori Disiplin Mental (Plato dan Aritoteles)
2)      Teori Perkembangan Alamiah (J.Jean Rousseau, 1712-1778)
3)      Teori Appersepsi (Johann Friendrich Herbart, 1776-1841)
b.      Teori Belajar  Setelah Abad 20 :
1)      Kelompok Teori Behavioristik
a)      Teori Classical conditioning (IP Pavlov)
b)      Teori Connectionisme S.R Bond (Edward Thorndike)
c)      Teori Operant Conditioning (BF skinner)
2)       Kelompok Teori Kognitif
a)      Teori Belajar Penemuan /Discovery Learning (Seymour Jerome Bruner)
b)      Teori Belajar Bermakna/ Exspository teaching (Ausubel)
c)      Teori Pemprosesan Informasi /Transformation of Information (Robert Mills Gagné)
d)     Teori Perkembangan Kognitif / Cognitive Theory (Jean Piaget)
e)      Teori Belajar Social kognitif / Social Learning Theory (Albert Bandura)
4.      Peranan Teori Dalam Kegiatan Belajar
Proses belajar yang dilakukan manusia tidak selalu berhasil, bahkan seringkali proses belajar berujung pada kegagalan. Kegagalan dalam proses belejar merupakan hal yang biasa dan wajar. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita melaksanakan proses belajar berlangsung secara alamiah tanpa didasarkan pada teori yang tepat. Akibatnya  proses belajar yang kita lakukan tidak dapat berhasil secara efektif dan efisien. Untuk mengurangi kegagalan dalam proses belajar, maka diperlukan landasan teoritik yang mampu menuntun pelaksanaan belajar. Dengan teori belajar, seseorang dapat memilih dan menentukan metode, alat, dan materi yang akan dipelajari secara tepat.
Menurut Suppes (dalam Bell, 1991), secara umum teori itu memiliki empat fungsi, yaitu:
a.       Teori berfungsi sebagai kerangka kerja dalam melakukan penelitian
b.      Teori memberikan suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi
c.       Teori dapat mengungkapkan komplekitas peristiwa-peristiwa yang kelihatannya sederhana
d.      Teori dapat mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya
Proses belajar dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah saja, akan tetapi proses belajar dapat terjadi di luar sekolah. Dalam proses belajar di sekolah, teori belajar memiliki peranan penting, diantaranya:
a.       Teori belajar dapat berperan untuk mengurangi kegagalan hasil belajar. Dengan kata lain, teori belajar dapat menjadikan hasil belajar lebih optimal.
b.      Teori belajar dapat berperan dalam pemilihan metode, media, materi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar para siswa.
c.       Teori dapat berperan dalam mencegah munculnya hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam proses belajar. Karena dengan teori belajar akan dapat diprediksi faktor-faktor yang akan menghambat dalam proses belajar.
d.      Teori belajar dapat berperan sebagai penuntun dalam pelaksanaan belajar. Dengan teori belajar, guru akan mudah melakukan tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan teori belajar yang digunakannya. 
RANGKUMAN
       Belajar didefinisikan sebagai perubahan prilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Belajar responden adalah sebagai suatu fungsi pengalaman,stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi, belajar kontinguitas yaitu bagaiman dua peristiwa-peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, belajar operant merupakan konsekwensi prilaku mempengaruhi apakah prilaku itu akan diulang atau tidak dan seberapa besar pengulangan itu, pengalaman belajar sebagai hasil observasi  manusia dan kejadian-kejadian kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita  mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional, belajar konitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insight, belajar menyelami pengertian.
      Beberapa prinsip yang relatif  berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan  dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu.
      Teori belajar dikelompokan menjadi teori-teori belajar sebelum abad 20 yang dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis dan spekulatif, tanpa dilandasi eksperiment. Teori-teori belajar setelah abad 20 di bagi atas dua rumpun, yaitu rumpun prilaku atau behavioristik yang meliputi teori-teori stimulus-respon, dan rumpun Gestalt-field yang meliputi teori-teori kognitif. Dengan teori belajar, seseorang dapat memilih dan menentukan metode, alat, dan materi yang akan dipelajari secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA
·         Budiningsih, Asri. (2005), Belajar dan pembelajaran.  Jakarta: Rineka Cipta
·         Dimyati  & Mudjiono. (2009), Belajar dan pembelajaran.  Jakarta: Rineka Cipta
·         Suryabrata, Sumadi. (2008), Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
·         Walgito, Bimo. (2004), Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset
·         Wilis Dahar, Ratna. (1988), Teori-Teori Belajar. Jakarta : P2 LPTK

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons