Isnin, 9 Mei 2011

kisah nabi musa as

Sebuah Renungan.
 
      Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang  wanita berjalan  terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam  menandakan bahwa ia   berada   dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup  rapat hampir  seluruh   wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di  tubuhnya. Kulit   yang   bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang  ayu,  tidak dapat   menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. 

      Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah  Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk  salam. Maka  terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".  Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk.  Air matanya  berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah  saya.  Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.
      " Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa  as  terkejut.
      "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik.  "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.
      Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya  ......telah berzina."
      Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya  pun......lantas  hamil.   Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik  lehernya  sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menagis  sejadi-jadinya.  Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia  menghardik "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak  jatuh kedalam  rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi  Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
 
      Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca  membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia  terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat  memilukan.  Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau  di  bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah  menolaknya,bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa  besar  dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya,  Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.

      Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa  engkau  menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau  tahu  dosa yang lebih besar daripadanya?"

      Nabi Musa terperanjat . Dosa apakah yang lebih besar  dari kekejian  wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan  penuh  rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang  lebih  besar dari pada perempuan yang nista itu?"

      "Ada!" jawab Jibril dengan tegas.

      "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran.  "Orang  yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal.Orang itu  dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina" Mendengar penjelasan ini  Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadiuntuk menghadap kembali  kepadanya. Ia mengangkat   tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah  untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari, orang yang  meninggalkan  sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja  seperti  berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas  dirinya.

      Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah  menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah  hamba-Nya. Sedang orang  yang bertobat dan menyesali dosanya dengan  sungguh-sungguh berarti  masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu  berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau  menerima  kedatangannya.

(Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman  Arroisy)
 
 
      Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang  meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar  70  buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di  dalam  Ka'bah. Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan  sholat sehingga  terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia  akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh  tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat  perbandingannya adalah seribu  tahun di dunia.
 
        Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan  dua  hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul  niat untuk  melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah. Tolong sebarkan  kepada  saudara-saudara kita yang belum mengetahui.

Subhanakallahumma wabihamdika asyadu'ala ilaha illa  anta, astagfiruka wa'atubuilaik.
  Wassalam,



  

0 komentar:

Catat Ulasan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons